Ayo Diadu Iklan Vlog Vs. Iklan Televisi

Semakin menjamurnya tren video blogging atau biasa disebut dengan vlog tersebut, membuat para creator vlogmemanfaatkan media yang mereka miliki tersebut untuk mendapatkan pundi-pundi Rupiah. Terlebih lagi dengan para creator yang telah memiliki penonton-penonton setia mereka. Bagi Anda yang masih ingin tahu seberapa efektif beriklan melalui media vlog, Anda dapat membaca artikel kami sebelumnya dengan mengunjungi link di bawah.

Sebuah fenomena ramainya vlog tersebut dikarenakan masyarakat, terutama mereka generasi muda yang sangat antusias dalam menonton video-video yang diunggah pada website-website seperti Youtube. Lalu, bagaimana jika iklan melalui Televisi dan Vlog diadu?

Menurut Ainu Rofik, Head of Marketing and Promotion dari PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk berpendapat, pada dasarnya media television commercial (TVC) masih memiliki posisi paling efektif dalam membangun awareness pada masyarakat. Namun, iklan melalui Televisi pun memiliki kelemahannya tersendiri. Kelemahan tersebut adalah brand tidak bisa mendapatkan feedback atau respon langsung terhadap konten TVC yang mereka tayangkan.

“Untuk mendapatkan feedback terhadap TVC, kita harus melakukan riset dan tentunya butuh waktu. Sedangkan lewat vlog, kita bisa memperoleh masukan langsung dari para penonton. Dengan begitu, kita pun dapat langsung melakukan review,”ujar Rofik

Banyak orang yang memperkirakan bahwa tren berkomunikasi melalui media vlog tersebut akan semakin besar dan menjamur pengaruhnya, sehingga dirasa penting bagi sebuah brand untuk masuk ke dalam tren tersebut. Feedback yang didapat pun seketika didapat karena pada umumnya, website pengunggah vlog memiliki kolom khusus untuk menampung komentar-komentar penonton.

 

Jadi, Butuh Berapa Duit Kalo Brand Mau Ngiklan di Vlog?

Pada zaman sekarang, beberapa brand besar perlu memotong budget beriklan yang semula mayoritas menyasar televisi, kini menjadi membagi banyak porsi beriklan melalui vlog-vlog yang diciptakan para content creator, dan menggarap materi beriklan dengan sangat serius.

Sebagai contoh kasus adalah Ramayana. Ainu Rofik mengatakan hingga saat ini perusahaannya memang tidak banyak bermain pada ranah iklan Televisi. Ia bahkan menambahkan, bahwa kampanye digital sudah mengambil alokasi sekitar 25% dari total biaya promosi. Persentase pada dunia digital tersebut pun, sebagian besar masuk ke vlogger.

Biaya yang perlu dikeluarkan pun tergantung tingkat popularitas dan level kerumitan sebuah iklan yang akan diciptakan. Jika level kerumitan iklan tinggi, makan nominal yang perlu dikeluarkan sebuah brand dapat menyentuh nominal 3 digit atau mencapai ratusan juta Rupiah.

Saat menelaah brand Ramayana dalam menggunakan vlogger-vlogger tersebut untuk menciptakan kampanye marketing, tentunya Ramayana memiliki kriteria tertentu dalam memilih vlogger yang dapat kita pelajari, seperti kreativitas yang dihasilkan para vlogger. “Karena yang kami harapkan dari para vlogger ini adalah video yang mereka hasilkan menjadi viral.” ungkapnya.

Bagi Anda yang memiliki brand, namun masih dalam taraf UKM, tidak perlu khawatir. Pada umumnya vlogger memberikan 2 tarif sesuai dengan budget dan brand yang akan mengajak kerja sama. Mereka pada umumnya tidak asal memberikan harga tinggi saat harus menangani bisnis kecil dan menengah. Namun tentu saja, harga yang terjangkau akan berpengaruh terhadap tingkat kesulitan dari iklan tersebut. Namun, iklan yang tidak sulit belkum tentu tidak efektif, bukan? Selamat mencoba! :mrgreen: